Selasa, 26 November 2013

Kamera Canon EOS 70D

EOS 70D adalah kamera DSLR terbaru dari Canon yang diperkenalkan awal Juli lalu. Kini, mulai awal Oktober, produk tersebut telah memasuki pasaran Indonesia melalui PT Datascrip selaku distributor tunggal produk-produk Canon di Tanah Air.


Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Kompas Tekno, ada dua varian EOS 70D yang akan dipasarkan di Indonesia, yaitu versi yang dilengkapi dengan konektivitas WiFi dan yang tidak memiliki fitur tersebut.












Kamera EOS 70D dengan WiFi dibanderol seharga Rp 12.750.000  untuk body only, Rp 14.425.000 untuk kit dengan lensa EF-S 18-55 IS STM, dan Rp 18,2 juta untuk kit dengan lensa EF-S 18-135 IS STM.

Versi EOS 70D tanpa WiFi dihargai lebih murah, yaitu Rp 12.300.000 untuk body only, Rp 13.975.000 untuk kit dengan lensa EF-S 18-55 IS STM dan Rp 16.800.000 untuk kit dengan lensa EF-S 18-135 IS STM.



Sebagai salah satu kamera DSLR terbaru dari Canon, EOS 70D dibekali dengan berbagai macam fitur anyar.

Selain layar putar 3 inci dengan kapabilitas touchscreen, kamera ini dibekali sensor fokus baru tipe "Dual Pixel CMOS AF" yang diklaim oleh Canon mampu melakukan autofokus dalam mode live-view 5 kali lebih cepat dibanding teknologi terdahulu.

Sensor tersebut juga memberi EOS 70D kemampuan melakukan continuous autofocus ketika merekam video (movie servo AF) dengan cepat dan mulus. Pergantian fokus dilakukan dengan menyentuh area berbeda pada LCD.






EOS 70D juga membawa berbagai fitur baru yang ditujukan untuk aplikasi fotografi, termasuk sensor baru dengan resolusi 20,2 megapixel dan tingkat sensitivitas ISO 100-12800, burst rate 7 FPS, prosesor gambar DIGIC 5+, hingga WiFi built-in. Kamera ini pun bisa dikendalikan lewat perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet.

Canon juga memperbarui sistem AF phase detect pada EOS 70D yang kini mengusung sensor dengan 19 titik-fokus (semuanya dari jenis cross type) seperti pada EOS 7D. Sistem ini memungkinkan titik AF dipilih satu per satu, dalam sebuah grup kecil, atau secara otomatis. Adapun jendela bidik EOS 70D memiliki magnifikasi 0,95x dan cakupan 98 persen dari bidang gambar.






SUMBER : KOMPAS TEKNO

KERAJAAN-KERAJAAN KECIL YANG KELUAR DARI DAULAH BANI ABBASIYAH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya teknologi, semakin berkembang juga ilmu pengetahuan. Beragam  ilmu pengetahuan baru bermunculan, yang penuh dengan keasyikan tersembunyi. Pelajar zaman sekarang sekarang pun semakin tergila-gila dengan ilmu pengetahuan itu. Namun, meskipun ilmu pengetahuan itu bagus untuk mereka, ada juga hal yang sangat disayangkan. Yaitu, para pelajar sedikit demi sedikit melupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting, yang membuat keadaan mereka menjadi seperti ini, yaitu ilmu sejarah.
Pengaruh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan ini juga menimpa sebagian besar pelajar muslim, meskipun mereka menurut ilmu di sekolah yang berbasis agama. Mereka menjadi maniak terhadap ilmu pengetahuan baru yang semakin berkembang. Sehingga sejarah Islam yang salah satunya adalah sejarah kerajaan-kerajaan Islam yang banyak ikut andil dalam perkembangan Islam dan mengantarkan mereka menjadi seperti saat ini mulai mereka remehkan , karena keasyikan mereka dengan dunia teknologi dan pengetahuan baru, maka lama-kelamaan dari sekedar meremehkan sejarah-sejarah kerajaan Islam mereka pun menjadi melupakannya dan alhasil terbentuklah pelajar-pelajar berprestasi, namun buta akan sejarah kaumnya sendiri.
Oleh karena itu, kami membuat sebuah catatan ringan yang kami buat karena keprihatinan kami dengan semakin awamnya para generasi muslim tentang sejarah agamanya sendiri. Dan semoga catatan ini dapat membantu sedikit banyak bagi generasi muslim yang lebih mengetahui dan mempelajari sejarah Islam, khususnya mengenai kerjaan-kerajaan Islam pada masa Daulah Abbasiyah yang awalnya bergabung didalamnya, namun akhirnya melepaskan diri dan memutuskan untuk berdiri sendiri.


Tim penulis  

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah yang Bagaimana pengaruh akan dibahas :
1.       Bagaimanakah sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah dan perkembangannya.
2.       Bagaimna proses munculnya kerjaan-kerajaan kecil pada masa Daulah Bani Abbasiyah dan apa penyebab melepaskan dirinya kerajaan-kerajaan tersebut dari Bani Abbasiyah?
1.3  Batasan Masalah
Dalam menguraikan suatu hal, pasti mempunyai suatu batasan tertentu,. Untuk itu penulis akan menentukan batasan masalah dalam penulisan karya tulis ini sebagai berikut:
1.     Kerajaan-kerjaan kecil yang lahir dan akhirnya melepaskan diri dari Daulah Bani Abbasiyah.
2.     Proses lahir dan melepasnya kerjaan-kerajaan kecil didaerah timur dan barat bagdhad pada masa Daulah Bani Abbasiyah.
3.     Faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan-kerjaan kecil didaerah timur dan barat bagdhad melepaskan diri dari Daulah Bani Abbasiyah.

1.4  Tujuan Penelitian
Dari beberapa rumusan masalah diatas, penulis mengemukakan beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.       Mengetahui sejarah peradaban dan perkembangan  Islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah.
2.       Mengungkap kelemahan-kelemahan dibalik kemajuan-kemajuan Daulah Bani Abbasiyah selama berdirinya.
3.       Menambah wawasan terutama mengenai sejarah perkembangan Islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah.



1.5  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penelitaian ini adalah:
1.     Dapat diambil sirrah dari perjalanan Islam pada masa lampau.
2.     Dapat terungkap beberapa kelemahan Daulah Bani Abbasiyah dibalik kemajuan-kemajuannya selama berdiri.

1.6  Metode Penelitian
Untuk mendukung kesuksesan penelitian digunakan sebuah metode pengumpulan dari berbagai referensi data :
1.     Buku sejarah kebudayaan Islam untuk Tsanawiyah kelas 8
2.     Buku sejarah kebudayaan Islam untuk Tsanawiyah kelas XI
3.     Dan dari sumber-sumber data yang mendukung
1.7  Metode Pengolahan Data
Setelah penelitian dilakukan terhadap berbagai data yang telah berhasil dikumpulkan. Langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara mengkaji literature tersebut. Kemudian disusun secara sistematis sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami.
1.8  Sistematika pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan karya tulis ini maka sistematika yang digunakan yaitu :
Bab pertama : pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika pembahasan.
Bab ke dua     : Abbasiyah, silsilah khalifah Bani Abbasiyah, kemajuan dalam bidang social budaya, bahasa, dan sastra, bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, ilmu agama, dana meneladani ketekunan para ulama dan pengembangan ilmu agama.
Bab ke tiga     :    munculnya dinasti-dinasti kecil di barat dan di timur bagdhad.
Bab ke empat : membahas tentang sebab-sebab runtuhnya Daulah Bani Abbasiyah baik dari dalam maupun dari luar.
Bab ke lima    : berisi penutup meliputi kesimpulan dan saran.


BAB II
DAULAH BANI ABBASIYAH

2.1 Sejarah Berdirinya dinasti Abbasiyah
Pemerintahan dinasti Abbasiyah dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari pemerintahan dinasti umayyah yang telah digulingkannya. Dinamakan kekhalifahan Abbasiyah karena para pendiri dari para penguasa dinasti ini adalah keturuan Abbas bin Abdul Munhtali, paman NabiMuhamad saw. Sebelum penggulingan kekuasaan dinasti Bani Umayyah terjadi, para keluarga Abbas melakukan berbagai persiapan dengan melakukan pengaturan strategi yang kuat.
Perbahan secara cepat (revolusioner)tanpa kesiapan jiwa dan dukungan kuat dari rakyat, hanya akan menimbulkan korban sia-sia dan tidak membawa hasil maksimal. Oleh karena itu sangat diperlukan pemikiran matang dan strategis yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melakukan gerakan propaganda dengan atas nama orang yang terpilih dari keluarga Nabi Muhamad SAW.
Muhamad Bin Ali meminta kepada masyarakat pendukungnya untuk membantu keluarga Nabi Muhamad SAW. Propaganda ini dilakukan dengan cara yang sangat cermat, sehingga banyak tokoh masyrakat dan tokoh agama yang tertarik dengan propaganda tersebut.
Sebagai baisi pergerakan, Muhamad Bin Ali mejadikan kota kufah sebagai pusat kegiatan penyebaran dan propagandanya. Pengambilan kota ini sebagai pusat pergerakan didasari atas letak geografisnya yang sangat strategis yang dapat dijadikan sebagai benteng pertahanan apabila terjadi serangan dari pasukan Bani Umayyah.
Propaganda Muhamad Bin Ali mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, terutama dari kalangan mawali. Hal itu terjadi karena beberapa faktor :
1.     Meningkatanya kekecewaankelompok Mawali terhadap dinasti Bani Umayyah, karena selama dinasti ini berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas dua dalam sistem pelapisan sosial, sementara orang-orang Arab menduduki kelas bangsawan.
2.       Pecahnya persatuan antar suku-suku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme kesukuan antara Arab utara, yakni Arab Mudhariyah dengan Arabselatan yakni Arab Himyariyah.
3.     Timbulnya kekecewaan kelompok agama terhadap pemerintahan dinasti Bani Umayyah yang dianggap sekuler. Mereka menginginkan pemimpin negara yang memiliki pengetahuan, wawasan dan intergritas keagamaan yang mumpuni.
4.     Perlawanan dari kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh dinasti bani Umayyah. Mereka tidak mudah melupakan peristiwa karbala yang menwaskan keturunan Ali bin Abi Thalib.
Atas dasar itulah kemudian propaganda Muahamad bin Ali berhasil menggalang kekuatan guna melengserkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Semula propaganda yang dilakukan Muhamad bin Ali tidak menggunakan atau tidak meonojolkan nama Bani Abbas, tetapi menggunakan nama Bani Hasyim.penggunaan nama Bani Hasyim bertujuan untuk menghindari perpecahan antara mereka dengan kelompok Syi’ah. Strateginya ini ternyata berhasil memadukan dua kekuatan besar bahkan lebih, yakni antara para pendukung yang fanatik dengan Alin bin Abi Thalib dengan para pendukung dari kelompok lain.
Untuk melaksanakan kegiatan proaganda tersebut, mereka mengangkat 12(duabelas) orang propagandis terkenal yang tersebar di berbagai daerah, seperti di Khursam, Kufah, Irak, Mekkah dan beberapa tempat strategis lainya.diantara isu yang dikembangkan dalam prpaganda tersebut adalah masalah keadilan yang selama itu diterpakan oleh pemerintah pusat Bani Umayyah yang bermarkas di Damaskus.
       Dari sekian banyak propagandis yang tersebar ditengah-tengah masyarakat, terdapat salah seorang propagandis terkenal dan berhasil menarik banyak pengikut adalah Abu Muslim Al-Khurasani. Dia adalah salah seorang tokoh masyarakat Khurasan yang merasa dirugikan selama masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah.
     Dengan gaya kepemimpinanya yang matan ditambah dengan pengembangan isu yang menjadi bahan pembicaraan banyak masyarakat, Ia berhasil simpati masyarakat., kahusunya masyarakat Khurasan., persia. Masyarakat Marwa menyampaikan sumpah setia kepada Abu Muslim dan bersedia membantunya untuk menuntu keadilan dari pemerintahan dinasti Bani Umayyah. Untuk kelancaran kegiatannya, Ia membentuk cabang dan perwakilan disetiap daerah, sehingga banyak simpatisan yang datang dan menyatakan setia kepada Abu Muslim al- Khurasanicuntuk membela Bani Abbas dan Bani Hasyim. Dengan dukungan ini, poisis Abu Muslim al-khurasani semakin kuat, sehingga gerakannya menjadi kekuatan yang tidak tertandingi bahkan merupakan salah satu gerakan yang ditakuti para penguasa BAni Umayyah.
Melihat posisinya semakin terpojok, akhirnya Marwan bin Muhamad, penguasa terakhir dari dinasti Bani Umayyah menyelamatkan diri dari kejaran massacyang sedang marah menuju kewilayah Mesir.di Msir inilah, tepatnya di Fustat, Marwan bin Muahamad tewas terbunuh pada tahun 132H/750M.
Terbunuhnya Khalifah terakir dari dinasti bani Umayyah ini, menandai era baru dalam perjalanan sejarah pemerintahan Islam, karena kekuasaan dengan sendirinya pindah ke tangan penguas baru, yaitu para penguasa dari keturunan Hasyim atau keturunan Abbas yang kemudian dinasti ini disebut dengan dinasti Bani Abbasiyah. Dinasti ini berkuasa lebih kurang selama lima setengah abad mulai dari tahun 132-656H/ 750-1258M.
Selama masa pergerakan, terdapat 5 (lima)orang tokoh yang sangat berjasa dalam penggulingan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, mereka adalah :
1.     Muhamad bin Ali
2.     Ibrahim bin Muhamad bin Ali
3.     Abu Abbas al-Saffah
4.     Abu Ja’far al-Mansur
5.     Abu MUslim al-Khurasani

2.2 Silsilah Dinasti Bani Abbasiyah
















¨     Sesudah al Wasiq masih ada 29 Khalifah yang memerintah.
¨     Tanda panah kebawah menunjukan garis keturuna khalifah.
¨     Angka menunjukan angka kekhalifahan.
Periode pemerintahan dinasti Abbasiyah diabgi menjadi lima berdasarkan pola pemerintahan dan politik yang memerintah.
1.     Periode pertama (132-232H/750-847M) disebut periode pengaruh Persia pertama.
2.     Periode ke dua (232-334H/847-945M) disebut masa pengaruh turki pertama.
3.     Periode ke tiga (334-447H/945-1055M) masa kekuasaan dinasti Buwaini atau periode pengaruh Persia kedua.
4.     Periode ke empat (447-590H/1055-1194M) masa kekuasaan Bani Saljuk atau bias disebut masa pengaruh turki kedua.
5.     Periode ke lima (590-565H/1194-1258M) masa khalifah bebas dari pengaruh lain, tetapi kekuatannya hanya efektif disekitar bagdhad.


2.3 Kemajuan Dalam Bidang Sosial Budaya
Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa sejak tahun 132-656H/750-1258M, merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Keberhasilan menciptakan pemikiran kreatif dan menghasilkan karya yang monumental dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, peradaban Islam, sosial budaya dan sebagainya, tidak pernah lepas dari kebijakan-kebijakan khalifah dan peran para tokoh. Para tokoh inilah yang menjadi ujung tombak didalam pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam serta kemajuan social budaya.
Para ahli sejarah tidak eragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah didalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, termasuk kemajuan dan perkembangan dalam bidang social dan budaya, diantaranya :
2.3.1        Seni Bangunan dan Arsistektur
a). Seni Bangunan dan Arsistektur Masjid
Masjid merupakan bangunan tempat ibadah umat Islam yang merupakan wakil paling menonjol dari arsistektur Islam,. Oleh karena itu, masjid merupakan seni arsistektur Islam yang tidak ada tandinganya. Arsistektur islam yang berkembang pada masa dinasti Bani Abbasiyah mengacu pada perkembangan arsistektur Islam pada masa-masa sebelumnya, yakni pada masa Nabi Muhamad SAW., Khulafau Rasyidin dan masa Bani Umayyah. Salah satu bangunan masjid yang didirikan pada masa pemerintahan Bani Abbas adalah bangunan masjid Samarra, di Bagdhad. Masjid ini sangat indah mewakili seni arsistektur pad zaman nya
Masjid yang lain adalah masjid Amr bin Ash yang berdiri tahaun 642M. Berbentuk segi empat dan ada lahan ditengahnya untuk pemberhentian Musafir. Pada empat penjuru ada menara kira-kira 35meter. Dan masjid Bani Taulun yang didirikan oleh sultan Ahmad Ibnu Towun tahun 876M diatas dindingnya terdapat balok membujur dihiasi dengan kaligrafi AL-Qur’an, pilarnya menyerupai pilar seni ghotik dalam gereja-gereja masehi.
b).  Seni Bangunan Kota
Peradaban Islam mengalami kejayaan pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah (750-1258M). Seni bangunan Islam pada mulanya hanya sederhana menjelma dalam bentuk masjid, kemudian berkembang ke seni banguna yang lain setelah umat islam memperoleh pengetahuan dan teknik dari tenaga ahli dari wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaan Islam.
Meskipun begitu, seni bangunan Islam masih mempunyai cirri khas dan gayanya yang tersendiri, yang terwujud dalam bentuk pilar, lengkung kubah, hiasan lebah bergantung (muqarnashat) yang menonjol bersusun didepan masjid dan dimenara tempat adzan ataupun dipuncak pilar. Pembangunan kota-kota baru dan pembanguna kota-kota diseluruh wilayah pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah kota Bagdhad. Yang dibangun oleh Khalifah Abu Jafar al Mansur (136-158M). Tempat yang dipilih untuk membangun kota itu adalah lokasi ditepi sungai eufrat dan trigis. Pembangunan itu di arsistekturi oleh Hajjaj bin Arthah dan Amran bin Wadidiah, ialah dua orang arsistek terkenal pada waktu itu. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembangunan kota ini sekitar 100.000orang.
2.3.2        Perkambangan Bahasa dan Sastra
a). Perkembangan Puisi
Para penyair pada masa pemerintahan Bani Umayyah, masih kental dalam mempertahankan keaslian warna arabnya, sehingga meghindari filsafat, bahkan apa saja yang bukan asli arab. Sedangkan para sastrawan pada zaman pemerintahan Bani Abbasiyah, telah melakukan perubahan kebiasaan tersebut. Mereka telah mampu mengkombinasikannya dengan sesuatu yang bukan berasala dari teradisi arab. Oleh karena itu, pad masa ini sajak-sajak memiliki ciri khas seperti :
1.      Pengunaan kata, uslub dan ibarat baru.
2.      Pemakain pengertian-pengertian baru karena mereka memiliki imajinasi yang cukup luas dan kemampuan menyadur dari sumber lain.
3.      Pemujaan yang berlebihan terhadap sesuatu.
4.      Penciptaan sajak yang melukiskan Khamar dan sajak cabul.
5.      Pengaturan sajak lukisan yang hidup.
6.      Pemakaian sajak ratapan.
7.      Penyusunan ibarat filsafat untuk memperkembangkan ilmu akal.
8.      Penggunaan keindahan kata ( badi’ ).
9.      Pengutamaan cinta kasih.
10.    Perombakan adat kebiasaan lama dalam persajakan.
11.   Kelahiran kritikus sastra pada zaman ini.
Perubahan tersebut bukan dating dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.      Terjadinya perubahan corak dan tata nilai kehidupan.
2.      Terjadinya evolusi kehidupan social.
3.      Terjadi perluasan makna kebangsaan yang telah melampaui batas-batas jazirah arabiyah.
4.      Pengaruh kebudayaan asing, terutama kebudayaan Persia.
5.      Dukungan kuat dari para Khalifah dan para pembesar istana lainya.
b). Perkembangan prosa
            pada mas apemerintahan dinasti Abbasiyah, telah terjadi perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa. Hal itu disebabkan antara lain karena dukungan para penguasa dan kemampuan personal yang dimiliki masing-masing sastrawan. Banyak buku sastra dan novel, riwayat, kumpulan nasihat dan uraian-uraian sastra yang dikarang atau disalin dari bahsa asing. Diantara tokoh dan pengarang terkemuka pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah :
1.      Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143H)
Abdulah telah mengaran berbagai buku prosa daiantaranya adalah Kalilah wa Dimnah. Kitab ini terjmahan bahasa sansekerta, karya karya seorang filosof India bernama Baidaba. Karya ini berisi tentang kisah binatang dan burung yang berintikan filsafat akhlak untuk membina budi pekerti. Karya Abdullah yang kedua adalah KItabul Adabisk Shaqir, yang berisikan tentang akhlak, filsafat dan pergaulan.
2.      Abdul Hamid al- katib
Ia dipandang sebagai pelopor seni mengarang surat, sehingga cara-caranya mengarang surat kemudian menjadi aliran yang memiliki banyak pengikut.
3.      Al – Jahidh ( wafat 255H)
Nama lengkapnya adalah Abu Usman Umar bin Bahar bin Mahbub al- kanany ali – lisy. Ia telah mengarang banyak buku, diantaranya adalah Kitabul Bayan Wat Tibyan, Kitabul Hayawan, Kitabul Mahasin wal Adidad, Kitabul Bukhala, Kitabul Taj.
4.      Ibnu Qutaibah ( wafat 276 H)
Nama lengkapnya adalah Muhamad bin Abdullah bin Muslim bin Qutaibah al – Dinawary. Lahir di Kufah pada tahun 213 H. ia dikenal sebagai ilmuan dan saatrawan yang sangat cerdas. Karyanya yang paling terkenal antara lain adalah Uyunul Akhbar, Kitabul Ma’arif, Al- Imamah wasiyasah , Adabul Katib dan lain sebagainya.
5.      Ibnu Abdi rabbih (wafat 328H)
Nama lengkapnya adalah Abu Umar Ahmad bin Muhamad bin Abdu Rabbih al- Qurthuby. Ia seorang ulama yang memiliki pengetahuan tentang manusia, penyair yang berbakat. Karya terkenalnya adalah al- Aqdul Farid, semacam ensiklopedia Islam yang memuat banyak Ilmu pengetahuan Islam.
            c). Perkembangan Seni Musik
                        Pada umunya orang Arab memiliki bakat music, sehingga seni suara atau seni music menjadi suatu keharusan bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Setelah mereka masuk Islam, bakat music terus berkembang dengan jiwa dan semangat baru. Al_Qur’an dengan bahasanya yang sangat indah member nafas baru bagi bangsa Arab, bahkan mendorong mereka untuk mengembangkan bakat musiknya. Hal ini terus berkembang pada masa Bani Umayyah dan hingga Abbasiyah. Pada masa pemerintah dinasti Abbasiyah, music Islam mengalami masa kejayaan. Karya dan pemikiran seniman tersebut merupakan bentuk dari rasa cinta mereka terhadap Islam.
Hal ini diawali dari :
1.      Penyusunan kitab music
Kegiatan penerjemahan yang dilakukan oleh umat Islam ketika itu tidak hanya sebatas dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan filsafat, juga mencakup karya-kraya musik. Karya music yang mereka terjemahkan menambah wawasan pegetahuan mereka tentang music, sehingga lambat laun mereka mampu menciptakan karya music Islam. Bahkan dengan kemampuan yang mereka miliki, mereka mencitptakan karya baru dan menyempurnakan karya lama. Sehingga seni music ini menjadi khazanah peradaban umat Islam.
Diantara para pengarang karya kitab music adalah sebagai berikut:
a). Yunus bin Sulaiman (wafat tahun 765M)
      beliau adlah pengarang teori music pertama dalam islam. Karyanya dalam bidang music sangat ernilai, sehingga banyak musikus eropa yang meniru gaya music yang diciptakan oleh Yunus bin Sulaiman.
b). Khalil bin Ahmad (wafat tahun 791M)
      beliau mengarang buku-buku music mengenai not dan irama. Karya Khalil kemudian dijadikan sebagai bahan rujukan sekolah-sekolah tinggi music diseluruh dunia.
C). Ishak bin Ibrahim al- Mousuly (wafat tahun 850M)
      Ia telah berhasil memperbaharui music-musik jahilliyah dengan system baru. Buku musicnya yang terkenal adalah Khitabul Ilham wal ghanan (buku not dan irama). Karena begitu terkenalnya Ishak, dia mendapat gelar Raja Musik (Imamul Mughanniyah)
d). Hunain bin Ishak (wafat tahun 873M)
      ia telah berhasil menerjemahkan buku-buku teori music karangan plato dan aristoteles yang berjudul Problemata dan De Anima dan karangan Gelen De Voe.
e). Al-farabi
      selain sebagai seorang filosuf, ia juga dikenal sebagai sorang seniman dan ahli music. Karyanya banyak diterjemahkan kedalam bahasa eropa dan menjadi bahan rujukan bagi para seniman dan pemusik eropa.
2). Pendidikan Musik
            Para khalifah dan pembesar istana Bani Abbasiyah memiliki perhatian yang sangat besar terhadap music. Untuk kepentinga itu, banyak didirikan lembaga pendidikan music. Sekplah music yang paling baik adalah sekolah music yang didirikan oleh Sa’aduddin Mukmin (wafat 1294M). Karyanya berjudul syarafiya menjadi rujukan masyarakat mudik didaerah barat.
            Diantara penyebab maraknya lembaga pendidikan music bermunculan pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah karena kemampuan bermain music menjadi salah satu syarat untuk menjadi pegawai atau untuk memperoleh pekerjaan di lembaga pemerintah.

2.4     Kemajuan Dalam Bidang Pendidikan
Pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, kegiatan pendidikan dan pengajaran mencapaai kemajuan yang gemilang. Sebagian Khalifah Abbasiyah merupakan orang berpendidikan. Pada masa ini, mayoritas umat islam mampu membaca dan menulis, mereka dapat memahami AL-Qur’an. Pada masa ini, pendidikan tingkat dasar diselenggarakan dimasjid-masjid, dimana AL-Qur’an merupakan bahan rujukan wajib.
Setelah itu, terdapat juga kegiatan pendidikan dan pengajaran dirumah-rumah penduduk dand ditempat umum lainya, misalanya maktab. Terdapt juga lembaga sekolah-sekolah masjid, seperti zawiyah, halqah, dan lain-lain. Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah tidak hanya diikuti oleh anak-anak pada tingkat dasar saja, juga terdapat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi seperti Baitul Hikmah dan Madrasah Nidzamiyah yang tidak hanya di Bagdhad, tetapi juga di Persia. Madrsah ini didirikan oleh Nizam Al- Mulk, seorang Wazir Sultan Saljuk antara tahun 1065-1067 M dan merupakan pusat lembaga pendidikan agama  yang terbesar pada masa dinasti Abbasiyah.
Kurikulum pendidikan pada tingkat dasar terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadis, prinsip-prinsip dasar matematika dan pelajaran syair. Sedangkan pendidikan tingkat menengah teridir dari pelajaran tafsir AL-Qur’an, pembahasan kandungan AL-Qur’an, sunah nabi, fiqih dan ushul fiqih, kajian Ilmu kalam, ilmu mantiq, dan kesusasteraan. Kaum pelajar tingkat tinggi mengadakan pengkajian dan penelitian mandiri dibidang astronomi, goegrafi, dunia, filsafat, goemetri, music dan kedokteran.






2.5      Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Abbasiyah yang berkuasa sekitar lima abad lebih, dan merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat perduli didalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset danterjemahan seperti Baitul HIkmah, majelis munadzarah, dan pusat-pusat studi lain seperti zawiyah, halqah, dan lain-lain, bahkan perguruan tinggi Madrasah Nidzamiyah.
               Untuk mengetahui bagai mana para khalifah memberikan dorongan bagi para ilmuwan  muslim untuk berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, dan bidang-bidang ilmua apa saja yang dikembangkan berikut uraian nya.
2.5.1        Bidang-bidang Ilmu pengetahuan yang dikembangkan
Bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu antara lain sebagai berikut.
a.      Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada amasa pemerintahan Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah saat itu tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani Romawi, Persia, India dan Siria saja. Juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran. Proses ini biasanya disebut juga dengan istilah Hellenisasi. Diantara tokoh yang memberikan andil cukup penting didalam perkembangan ilmu dan filsafah Islam adalah:
1.      Al-KIndi ( 185-260H / 801-773M)
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuh Ya’kub bin Ishak bin Sabbah  bin Imranal- Hatsbin Qais al-Kindi ia adalah filosof pertama yang berasla dari suku kindah. Ia mengatakan antara filsafat dengan agama tidak ada pertentangan dan tidak perlu dipertentangkan, karena keduanya sama-sama mencari kebenaran.
               Dalam catatan MM. syarif , alkindi memiliki karya sejumlah 270 buah berupa tulisan yang mencakup pemikiran ilmu pengetahuan lain, seperti filsafah, kedokteran, logika, ilmu hitung, music, astronomi, psikologi, politik, dan lain-lain. Karya dan pemikirannya ini memberikan motivasi bagi para filosof dan ilmuwan lain untuk melakukan kajian yang sama, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami perkembangan yang sangat pesat.
2.      Abu Nass al –Faraby (258-339H/870-950M)
Nama lengkapnya adalah Abu Nass MUhamad al Faraby, lahir di wasi, sebuah desa farab wilayah transoxania. Ia adlah seorang filosof berwawasan luas. Salah satu karya belau adlah khusu al Hikam.
3.      Ibnu Sina
Nama aslinya adalah Abu Ali Husain bin Abdillah bin Sina, lahir di afsyana dekat Bukhara, sorang filosof Islam yang gemar mencari ilmu, selain ahli dalam filsafat beliau juga menguasai bidang ilmu yang lain salah satunya adalah ilmu kedokteran yang melahirkan karya monumental  yaitu al Qonun al Thibb ( ensiklopedia kedokteran).
4.      Ibnu Bajjah
Nama aslinya adalah Abu Bakar Muhamad bin Yahya alsalqh atau orang barat menyebutnya avempace, lahir di saragos, spanyol selain menguasai filsafat, beliau juga ahli tata bahasa dan sastra arab dengan baik, beliau mempunyai banyak karya antara lain, risalatul wada’, kitab an uabat du.
5.      Ibnu thufain
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhamad bin ambdul Malik bin Muhamad bin Thufain, seorang filosof kenamaan pada masa itu, dalam bidang filosof adalah Hay bin Yaqdzan (hidup bin si bangkit)
6.      Imam al Ghazali
Nama elgkapnya adalah abu Hamid Muhamad bin Muhamad al Ghazali lahir pada tahun 1059M di Gazaleh kota wilayah Khurasan. Masa awal perkenalanya dengan ilmu kalam sempat menimbulkan keraguan dalam diri beliau dan menganggap banyak pemikiran filsafat yang rancu. Bias dilihat dalam karya beliau  Tahuful al Falasifah (kerancuan pemikiran para filsafat ) sehingga beliau memutuskan untuk mencari kebneran yang hakiki dalam bidang tasawuf.
7.      Ibnu Rusyid
Nama asli beliau adalah Abu al Waud Muhamad bin Ahmad bin MUhamad bin Rusyid lahir di cordova tahun 1126M selain filsafat, beliau juga menguasai berbagai ilmu pengetahuan seperti ilmu Fiqh, bahasa, sastra arab, matematika, fisika dan masih banyak lagi. Salah satu karyanya adalah Fash al Maqail Fi Ma Baina al Hikmah Wa al Syai’iyyah Min al ikhtisal.
b.      Ilmu Kalam
Perkembangan ilmu kalam tidak lepas dari golongan mu’taziah yang turut andil dalam menciptakan ilmu kalam dan menangkis serangan dari yahudi, nasrani, dan wasani. Pelopor ilmu kalam terbesar yaiut Washil bin Atha, Asy ary, Baqillani, Ghazali dan lain-lain.
c.      Ilmu Kedokteran
Pada masa ini telah didirikan apotek yang pertama didunia, sekolah farmasi, sekolah kedokteran, yang mempunyai rumah sakit. Pendirian awal rumahsakit terjadi pada masa khalifah Harun Arrasyid yang mencontoh rumah sakit asal Persia. Dan dikembangkan pada masa al Makmun. Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang ini adalah Arrzazi dan Ibnu Shina.
d.      Ilmu Kimia
Dalam bidang ini mereka memperkenalkan eksperimen objektif.
Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas dari spekulasi yang ragu-ragu dari yunani. Diantara tokoh-tokoh kimia adalah Jabir bin Hayyan yang mempunyai pendapat bahwa logam yang selain emas dan perak dapat dirubah menjadi emas atau perak dengan menggunakan obat rahasia, bisa membuat asam belerang, asam sendawa, dan aqua regia yang dapat menghancurkan emas atau perak dan memperbaiki teori aristoteles mengenai campuran logam.
e.      Matematika
Pengembangan ilmu matematika karena didasari kebutuhan pemerintahan. Pada masa ini, juga ada penerjemahan naskah Fucides (ahli matematika dari yunani). Buku Zij al Shindind dari india yang diterjemahkan dan dikembangkan oleh Muhamad bin Ibarhim al Fazari. Penemuan angka nol sampai sepuluh (Arabic numeric), aljabar oleh al Kawarizan.
f.       Sejarah
Pada masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu misalnya sejarah hidup nabi Muhamad SAW. Pada masa ini lahirlah karya besar yang ditulis sejarahwan kenamaan seperti Muhamad ibnu Ishaq yang menulis kitab Sirah Nubuwwah li Iba Ishaq yang kemudian disunting oleh muridnya. Ibnu Hasyim, dan masih banyak lagi.
g.      Ilmu Bumi
Ahli ilmu bumi pertama dalam sejarah Islam adalah Hisyam al Khalbi yang mahsyur pada abad 9M. yang kemudian di ikuti oleh beberapa ahli yang lain seperti al Khawarizani. Bersama 70 orag ahli bumi al Khawarizani membuat globe pertama tahun 830M. dia juga dilaporkan telah menukur volume dan keliling bumi atas perintah kalifah al Makmun, yang kemudian dilengkapi oleh Muqaddasi Abu Abdirah dengan melakukan pengembaraan panjang sehingga menghasilkan ensiklopedia ilmu. Salah satu karya yang terkenal adalah kitab surah al ard ( morfologi bumi ).
h.      Astronomi
Tokoh pertama adalah Muhamad al fazani. Ia mengoreksi table yang ada berdasarkan teks astronomi india Siddharta yang ditulis oleh Brahmana Gupta, selain al Fazani, juga masih banyak lagi tokoh astronomi seperti al Khawarizani, al Fhargani, al Battani, al Biruni yang menulis banyak buku tentang astronomi.
 
2.6      Kemajuan Ilmu Agama
a.      Ilmu Hadist
Salah satu tokoh penting dalam perkambangan hadist adalah khaliifah dinasti umayyah. Umar bin Abdulaziz, berkat usaha pengumpulan hadist yang dilakukan pada masa itu, telah membuka jalan untuk membukukan hadist pada masa selanjutnya. Seperti munculnya ulama hadits/ rawi-rawi hadits yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majjah, Abu Dawud at Tirmidzi dan An Nasa’i
b.      Ilmu Tafsir
Pada masa ini muncul beberapa metode dalam menafsiri ayat Al-QUr’an, yang pertama yaitu tafsir al Matshur yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan hadist dan penjelasan para sahabat. Metode kedua yaitu tafsir Dirayah yaitu menafsir Al-Qur’an dengan menggunakan akal yang dipelopori oleh golongan Mu’tazhilah.

c.      Ilmu Fiqih
Pada masa ini para Fuqaha, yaitu ahli fiqih yang ada pada masa Bani Abbasiyah, mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini. Misalnya, Imam Abu Hanifah (wafat 150H). selain itu, pada masa ini telah terjadi pertentangan antara ahli hukum mengenai sumber pengambilan hukum. Pertentangan ini berkisar antara al-Sunnah, al-Wiyas, Ijma’ dan Taklif. Dari pertentangan itu lahirlah ILmu Ushul Al Fiqh, berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa ini hasil pemikiran para Fuqaha telah dibukukan dan kemudian disebarluaskan oleh murid-murid mereka ke berbagai penjuru dunia Islam.
d.      Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofis menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat Islam, sehingga banyak diantar para pemikir mencoba mencari bentuk gerakan pemikiran lain, seperti tasawuf. Situasi politik dan perdebatan kalam, menjadi salah satu factor penyebab banyak ulama Islam mencari jalan menuju tuhan melalui pendekatan tasawuf. Para sufi banyak yang meninggalkan kenikmatan duniawi dan kesenangan sesaat, sehingga kegiatan mereka hanya berkisar pada kegiatan beribadah kepada ALLAH SWT.




2.7      Meneladani Ketekunan Para Ulama dalam Mengembangkan Ilmu Agama Islam
Para ulama yang hidup pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah memiliki semangat yang luar biasa didalam mencari ilmu. Semangat yang kuat itu terlihat dari keinignan mereka untuk menuntut ilmu kepada para ulama’ besar yang ada pada saat itu. Mereka rela meninggalkan kampong halaman guna mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak memikirkan masalah jabatan dak kedudukan tinggi serta godaan harta. Para ulama seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, Imam Al- Ghazali, dan lain-lain, merupakan contoh nyata dari para ilmuwan muslim yang memiliki semangat tinggi dan keinginan besar untuk mencari ilmu dan mengembangkannya demi kepentingan kemajuan umat Islam.
Ketekunan dan keseriusan ilmuwan muslim ketika itu patut ditiru. Mereka tidak kenal lelah dan terus berkarya. Mereka tidak pernah meninggalkan riset dalam menemukan ilmu atau mencari formulasi ilmu pengetahuan.

BAB III
MUNCULNYA DINASTI-DINASTI KECIL

3.1  Munculnya Dinasti-dinasti kecil
Lima tahun setelah berdirinya kekhalifahan Abbasiyyah, Abdul Rahman Muda, satu-satunya keturunan dinasti Umayyah yang luput dari pembantaian masal yang menandai naiknya rezim baru, tiba disebuah tempat yang jauh di daratan  cordova, spanyol. Satu tahun kemudian, yaitu tahun tahun 756, dia mendirikan sebuah dinasti yang kelak menjadi dinasti yang besar. Ketika itu, provinsi pertamanya yang akan mengungguli kemajuan imperium Abbasiyah masih sedang berkembang, begitu pula provinsi-provinsi lain segera menyusul. Ini semua disebabkan karena lemahnya para khalifah Abbasiyah. Kemunduran Bani Abbasiyah yang disebabkan oleh berbagai factor mengakibatkan banyak daerah memerdekakan diri.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a.      keluasan wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah yang tidak diimbangi dengan upaya komunikasi antara pusat dan daerah.
b.     Tingkat kepercayaan dialektis para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
c.      Keprofesian angkatan bersenjata mengakibatkan tingkat ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
d.     Kesulitan kondisi keuangan Negara.
e.      Perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan.
3.2 Dinasti-dinasti Kecil di Barat Bagdhad
      3.2.1 Dinasti Idrisiah
                  Pada tahun 785, Idris bin Abdullah, cicit Al Hasan, Ikut serta dalam salah satu pemberontakan terhadap Abbasiyah di Hijaz. Perlawanan tersebut bisa diredam dan dia menyelamatkan diri ke Maroko (al Maqrib). Disanalah dia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang mengabadikan namanya selama hamper dua abad (789-974) yaitu dinasti Idrisiyah.
Idrisiyah yang menjadikan Fez sebagai ibu kota utamanya, diatas reruntuhan kota romawi kuno, volabulis. Kota baru itu berkembang dengan pesat. Padat penduduknya dengan berbondong-bondongnya para imigran muslim, baik dari Afrika maupun dari Andalusia kepusat pemerintahan Idrisiyah tersebut. Fez menjadi pusat kaum Syorfa atau Syurafa ( bentuk jamak dari syarif, orang mulia) yakni para keturunan cucu nabi saw. Hasan dan Husein Ibnu Ali bin Abu Thalib, yang menjadi factor penting dalam sejarah perkembangan maroko. Adalah dinasti Syiah pertama dalam sejarah. Mereka menghimpun kekuatanya dari kalangan berber, yang meskipun termasuk kaum Sunni, mereka siap mendukung perpecahan, karena terkepung diantara Fatiniah, Mesir dan Umayyah, Spanyol, dinasti mereka akhirnya hancur oleh serangan mematikan yang dilancarkan seorang jenderal utusan khalifah Al Hakam 11 (961-976) dari Kardova
Sebelum dikuasai dinasti Idrisiyah, wilayah tersebut didominasi oleh kaum Khawarij. Kekuasaan Idrisiyah yang ada dikota-kota tanpa penguasa desa-desa, akhirnya terpecah-pecah dimasa pemimoin mereka, Muhamad Al Muntasir (213-221H/828-836M) kekuasaan mereka dibagi-bagikan kepada saudara-saudara Al-Muntasir yang banyak jumlahnya, sehingga memudahkan musuh mereka dalam menakhlukanya.
3.2.2. Dinasti Aqhlabiah
Ketika Idrisiyah meluaskan daerah kekuasanya dibagian barat Afrika utara, Aqhlabiah Sunni juga melakukan hal yang sama di timur. Diluar wilayah yang dinamakan Ifriqiah (Afrika kecil terutama Tunisi), sempalan dari Afrika Latin. Harun Al Rasyid telah mengangkat Ibrahim Al Aqhlab sebagai gubernur. Ibnu al Aqhlab (800-811) memerintah sebagai penguasa yang berdiri sendiri, dan setahun setelah pengangkatannya tak satupu khalifah Abbasiyah yang menjalankan kekuasaan diluar perbatasan Mesir, Aqhlabiah merasa puas dengan gelar Amir, tetapi tidak merasa perlu mencantumkan gelar khalifah dimata uang  mereka, sekalipun sebagai bukti kekuasaan spiritualnya. Dari ibu kotanya Kairawan, sampai ke Kartago, mereka menguasai mediterania tengah selama berabad-abad kejayaan mereka. (lihat Philip K Hitti hal.571).
Banyak penerus Ibrahim yang terbukti sama bersemangatnya dengan Ibrahim sendiri. Dinasti itu menjadi salah satu titik penting dalam sejarah konflik berkepanjangan antara Asia dan Eropa. Dengan armadanya yang lengkap, mereka memporak-porandakan kawasan pesisir Italia, Prancis, Kosika, dan Sardinia. Salah satu dari mereka Ziyadaf Allah I (817-838), pada 872M mengirim ekspedisi ke Sisilia Bizantiyum, yang didahului oleh operasi bajak laut. Ekspedisi ini dan ekspedisi-ekspedisi berikutnya behasil menaklukan pulau itu pada 902M. Sisilia, Maita dan Sardinia juga berhasil direbut. Terutama oleh bajak laut yang meluas jauh sampai ke Roma. Pada saat yang sama para pelau muslim dari Kueta terus-menerus menyerbu pulau-pulau kecil dilaut Aegea, dan pada pertengahan abad kesepuluh, mereka menyerang kawasan pesisir Yunani. Tiga prasasti Kufik yang ditemukan di Atena mengungkapkan adanya pemukiman Arab disana yang diduga bertahan sampai awal abad ke sepuluh.
Masjid besar Kairawan yang masih berdiri sebagai saingan masjid-masjid timur, mulai dibangun diabawah kekuasaan Ziyadatullah dan disempurnakan oleh Ibrahim II (874-902). Tempat berdirinya masjid itu juga merupakan lokasi berdirinya bangunan “ suci” Uqbah, pendiri Kairawan. Masjid Uqbah oleh para penerusnya tleha dihias dengan pilar-pilar marmer yang didapat dari puing-puing Kartago, yang kemudian dimanfaatkan lagi oleh penguasa Aqhlabiah. Menara persegi yang melengkapi masjid ini, yang juga merupakan peninggalan bangsa Umayyah terdahulu. Dan yang paling lama bertahan di Afrika, memperkanalkan bentuk menara ala syuriah bata digunakan sebagai gaya-gaya bangunan  lain yang menggunakan bata. Berkat masjid ini, Kairawan dimata kalangan muslim barat menjadi kota suci ke empat setelah Makkah, Madinah dan Yerusallem, salah satu dari empat gerbang surge.
Dibawah kekuasaan Aqhlabiah terjadi perubahan penting ditengah kawasan Afrika kecil. Dari kawasan yang tadinya dihuni komunitas Kristen yang berbicara bahasa latin menjadi kawasan para penganut islam yang berbicara dengan baahasa arab. Bagaikan rumah judi, Afrika latin utara yang menopang St Agustinus dengan lingkungan budayanya telah runtuh dan tak bangkit lagi. Perubahan ini mungkin lebih sempurna disbanding perubahan yang terjadi dikawasan manapun, karena kawasan ini tidak perlu disentuh oleh pasukan muslim. Pertikaian yang belakangan muncul dipicu oleh suku-suku barbar yang belum menyerah. Pertikaian ini berbentuk sektarianisme muslim yang terpecah belah dan sarat dengan bid’ah.
Penguasa Aqhlabiah terakhir adalah Ziyadatullah III (903-909) yang pada tahun 909 melarikan diri dari serangan Fatimiyah tanpa melakukan perlawanan sedikitpun.
3.2.3. Dinasti Thulun
            Pendiri dinasti Thulun yang berumur pendek (868-905) di Mesir dan Suriah adalah Ahmad bin Thulun. Ayahnya seorang Turki dari Farghanah, pada 817 dipersembahkan oleh penguasa Samaniah di Bhukara sebagai hadiah untuk Al Ma’mun. pada 868 Ahmad berangkat ke Mesir sebagai pimpinan tentara untuk Gubernur mesir disini dia segera berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan dirinya. Ketika menghadapi tekanan keuangan karena adanya pemberontakan wangsa Zanj. Khalifah al Mu’tamid meminta bantuan financial kepada komandan pasukanya yang orang mesir itu, tetapi permintaan itu tidak dipenuhi, peristiwa itu menjadi titik balik yang mengubah sejarah kehidupan mesir yang selanjutnya.
            Kerjaan Thuluni mewakili kerjaan pertama Mesir di Syi’ah yang memperoleh anatomi dari Bagdhad  Ahmad bin Thulun, seorang prajurit Turki. Oleh karena itu, Ahmad bin Thulun dibesarkan dalam lingkungan tentara yang tegas dan disiplin. Pada tahun 254H/868M M. Ibnu Thulun dihantar ke Mesir sebagai wakil pemerintahan semasa Bagdhad mengalami krisis. Ibnu Thulun memanfaatkan situasi ini kemudian melepas Bagdhad.
            Dalam membangun negeri, beliau menciptakan stabilitas keamanan dalam negeri. Selepas itu ia juga memperhatikan dibidang ekonomi. Dalam bidang keamanan ia membangun angkatan perang dengan kekuatan tentaranya memperluas wilayahnya hinga ke Syam. Selepas Ibnu Thulun (279H/884M) kepemimpinan diteruskan oleh Khumarawaih (270H/884M). Jaisy (282H/896M), Harun (283H/896M) dan Syaiban (292H/905M).

3.2.4       Dinasti Iksidiyah
Tidak lama setelah tuntasnya pemberontakan pada penguasa Abbasiyah di Mesir dan Suriah, muncul lagi dinasti Turki yang masih keturunan Farghanah, yakni Iksidiyah yang didirikan di Fusthat. Pendiri dinasti ini bernama Muhamad Ibnu Thugkj (935-946) yang setelah membersihkan kekacauan di Mesir mendapatkan anugerah gelar kebangsawan ala Iran Ikhyid, dari khalifah Ar Radi pada 939. Dua tahun selanjutnya, dinasti Iksidiyah mengikuti jejak Thulunsebelumnya.
                        Strategi yang pertama Iksidi adalah mengkokohkan angkatan perang. Beliau diberi tanggung jawab mentabir Syam. Iksidi meninggal dunia pada tahun 358H/969M, kerajaan Iksidi berakhir.
                        Sejarah sumbangan kerjaan ini, ilmu pengetahuan dan budaya, lahirlah ilmuan seperti Abu Ishaq al Mawazi, Hasan Ibn Rasyid al Mishiry dan lai-lain. Iksidi juga mewariskan bangunan megah seperti istana Al Mukthar di Raudah dan taman Bustan al Kafuri dan lain-lain.



3.2.5.     Dinasti Hamdaniyah
Dinasti ini didirikn pada 293H/905M oleh Hamdan Ibn Hamdan, dari Khabibah Taqhlib. Dalam konteks ini, Watt mencatat bahwa para penguasa Hamdaniyyah dianggap bersimpati pada ideology Syi’ah, tetapi Syi’ah moderat. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya pengaruh ideology itu didalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dinasti ini. Sebenarnya kelompok ini melakukan gerakan guna memperoleh kekuasaan di pemerintahan. Usaha mereka baru berhasil ketika kekuasaan jatuh ketangan khalifah al-Muqtadir. Pada masa al- Muqtadir, keluarga ini memperoleh jabatan penting di istana. Tiga orang bersaudara dari keluarga ini diangkat menjadi wali (gubernur), sperti Abdullah bin Hamdan menjadi wali di Mosul, Said Ibn Hamdan untuk Nahawad dan Ibrahim Ibn Hamdan untuk daerah-daerah suku Rabi’ah. Dalam perkembangan selanjutnya diantara keturuna Abdullah Ibn Hamdan yang paling menonjol adalah Abu Muhamad Ibn Abdullah dengan gelar Nashir ad Daulah, sebagai wali Mosul, dan saudaranya Abu al-Husein Ali Ibn Abdullah, bergelar Sayf ad Daulah, sebagai wali Halb ata Aleppo.
            Dibawah kekuasaan dua orang generasi Hamdan ini, dinasti hamdaniyah mengalami perkembangan yang sangat signifikan, Sayf  al Daulah berambisi untuk memperluas wilayah kekuasaan dan mempertahankan daerah tersebut dari serangan romawi.bahkan untuk hal tersebut, ia memaksa penguasa Iksidiyah agar menyerhakan sebagian wilayah Syria utara kepadanya supaya lebih mudah melakukan pengawasan serta serangan balik bila bangsa romawi melakukan serangan ke Aleppo (halb). Lebih dari itu penguasa Iksidiyah rela membayar pajak tahunan kepada Syaif ad Dulah dengan catatan tidak mengganggu Damaskus. Sementara itu, wali Mosul terus melakukan gerakan perluasan wilayah bahkan sempat menguasai kota Bagdhad. Selama lebih kurang satu tahun. Setelah berhasil mendesak dan mengusir Bani Buwaihi. Tapi setelah kekuasaan Bani Buawaihi kembali pulih, mereka diusir dan kembali ke Mosu. Kekuatan dinasti Hamdaniyah ini mulai meredup bahkan menghilang setelah kedua tokoh terkenal tersebut wafat. Hal itu terjadi karena para penguasa sesudahnya selalu konflik berebt kekuasaan, sehingga melemahkan struktur pemerintahan dan sendi-sendi kekuatan politik militer. Dinasti ini mengalami kehancuran ketika kekuasaanya jatuh ketangan pemerintahan dinasti Fathimiyah pada 394H/1004M. meskipun tidak lama, kekuasaan dinasti Hamdaniyah memiliki peninggalan peradaban yang cukup baik, karena para penguasanya, khususnya sayf  ad Dulah merupakan penguasa yang mencintai kesustraan, bahkan ia merupakan pelindung sastra arab. Diantara tokoh sastra terkenal yang hidup pada masa itu adalah al Mutanabbi. Selain itu pada masa ini juga lahir ilmuan terkenal, seperti al Farabbi, al Isfahani dan Abu al Fairus. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah bahwa dinasti Hamdaniyah merupakan salah satu dinasti yang mampu menjadi benteng pertahanan umat Islam dari serangan bangsa Romawi, sehingga keutuhan wilayah kekuasaan Islam tetap terjaga, meskipun secara internal terjadi konflik politik tak berkesudahan diantara umat Islam.


3.3   Dinasti-dinasti Kecil di Timur Bagdhad
3.3.1   Dinasti Thahiriyah (200-259H/820-872M)

Saat dinasti-dinasti kecil sebagian besar dari Arab memecah kekuasan dibarat, proses yang sama juga terjadi di timur, terutama dilakukan orang Turki dan Persia.
Dinasti yang pertama mendirikan sebuah  Negara semi independent disebelah timur Bagdhad adalah orang yang pernah dipercaya oleh Al-Ma’mun untuk menduduki jabatan jenderal, yakni Tahrir bin Husayn dari Khurassan. Yang secara gemilang berhasil memimpin bala tentara untuk melawan Al-Amin, dalam perang ini, Tahrir simata satu itu diceritakan sangat mahir menggunakan  pedang dengan kedua tanganya. Sehingga Al-Ma’mun menjulukinya Zul Al-Yaminain (bertangan kanan dua).
Tharir adalah keturuan budak Persia, pada tahun 820M diangkat  oleh Al-Ma’mun sebagai gubernur atas semua kawasan disebelah timur Bagdhad dengan pusat kekuasaannya di Khurassan. Meski secara formal para penerus Tharir adlah pengikut khalifah, mereka memperluas wilayah kekuasaanya hingga perbatasan India. Mereka memindahkan pusat pemerintah ke Naisabur, dan disitu mereka berkuasa sampai tahun 872H, sebelum akhirnya digantikan oleh dinasti Saffariyyah.


3.3.2   Dinasti Saffariyah (254-289H/867-903M)
Dinasti Saffariyah yang bermula di Sijistan dan berkuasa di Persia, didirikan oleh Yekub bin Al-laits al-saffar. Al-Saffar  menjadikan pengrajin tembaga sebagai pekerjaannya dan merampok sebagai kegemaranya. Perilakunya yang sopan dan efisien sebagai seorang kepala gerombolan perampok telah  menarik perhatian gubernur Sijistan, yang kelak member kepercayaan untuk memimpin balatentaranya. Al-saffar akhirnya menggantikan gubernur itu dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan hamper ke seluruh Persia dan kawasan pinggiran India, bahkan mengancam ke kawasan Bagdhad yang berada dibawah pimpinan khalifah Al-Mu’tamid.
3.3.3       Dinasti Samaniyah (261-389H/874-999M)
Keluarga Samaniyah dari Transoxiana dan Persia adalah orang-orang keturuan Saman, yaitu seorang bangsawan dari Balkh. Pendiri dinasti ini adalah Nashr bin Ahmad, cucu dari Saman, tetapi figure yang  menegakan kekuasaan dinasti ini adalah saudara Nashr, yaitu Ismail yang pada tahun 900H berhasil merebut Khurassan dari genggaman dinasti Saffariyah. Ketika berada dibawah kepemimpinan Nashr II (Ibnu Ahmad) yang berada digaris keturunan ke 4 Sammaniyah yang pada awalnya merupakan kelompok para gubernur muslim dibawah kekuasaan dinasti Thiriyyah, berhasil memperluas kerajaan hingga Sijistan, Karman, Jurjan, Rayyi, dan Tabaristan. Dimata Bagdhad, Sammaniyah adalah para Amir(gubernur) atau bahkan Amil, tetapi dimata rakyat kekuasaan mereka tidak tebantahkan. Pada masa ini pula, ilmuan muslim yang termahsyur, Al-Razi mempersembahkan karya utamanya dalam bidang kedokteran berjudul Al-Mansyur. Pada masa ini pula, pada periode Nuh II yang mengajukanp pengembangan ilmu pengetahuan, Ibnu Sina muda tinggal di Bukhara dan memperoleh mengakses buku-buku. Disanalah dia memperoleh ilmu-ilmu yang tidak habisnya. Sejak masa media ekspresi sastra, dan berkat para penulis itulah sastra muslim Persia yang cenderung mulai baerkembang.
            Kendah merupakan diasnti yang paling cerah, Sammaniyah tidak terlepas dari kekangan yang terbukti telah menghancurkan dinasti-dinasti lain pada periode yang sama, selain persoalan biasa yang yang muncul dari pergolakan aristokrasi militer dan situasi sulit menyangkut suksesi pemerintahan, muncul juga ancaman baru, yakni mengembara dari turki yang bergerak menuju utara. Bahkan didalam Negara sendiri kekuasaan sendiri berangsur-angsur diambil oleh budak-budak Turki, yang justru merupakan golongan yang sering diadili oleh penguasa Sammaniyah.
            Salahsatu wilayah samaniyah,setelah Oxus, perlahan dicaplok oleh dinasti Gaznawi,yang berkuasa dibawah kepemimpinan salah satu budhak  Turki. Wilayah sebelah utara sungai dirampas oleh Ilek (Ilaq) Khan dari Turkistan. Yang  pada 929M merebut Bukhara dan tujuh tahun kemudian melakukan Caoup De Grace terhadap dinasti samaniyah yang riwayatnya sudah berakhir.
Pertikaian antara orang Iran dan Turki yang memperebutkan hak atas wilayah hak perbatasan Islam  pada abad  ke empat hijriyah merupakan prolog bagi situasi yang lebih gawat. Setelah ini kita akan melihat orang-orang Turki memainkan perannya yang semakin penting dalam urusan dunia sampai mereka akhirnya menyerap sebagian besar kekuasaan khalifah Bagdhad dan kemudian mendirikan kekhalifahan sendiri yaitu dinasti Usmani.
3.3.4       Dinasti Ghazwani
Salah satu wilayah Samaniyah, sebelah selatan Oxus, perlahan-lahan dicaplok oleh dinasti Ghazwani, yang berkuasa dibawah kepemimpinan oleh salah satu budak Turki. Kebangkitan dinasti Ghazwani mempersentasikan kemenangan pertama Turki dalam persaingan dengan Iran untuk mencapai kekuasan dalam Islam. Meski dengan demikian, kekuasaan Ghazwani sama sekali tidak berbeda dengan kekuasaan Sammaniyah atau Saffariyah.
Ghazwani tidak ditopang dengan angkatan bersenjata, maka semuanya segera menemui kehancuran. Wilayah-wilayah kekuasan di timur berangsur-angsur memisahkan diri dan munculah dinasti-dinasti muslim independent, diutara dan barat seperti dinasti Khan dari timur Thurkistan dan Saljuk dari Persia. Keduanya memisahkan diri dari kekuasaan Ghazwani, dibagian tengah dinasti Ghuriah yang tangguh dari Afganistan memberontak dan pada 1186M berhasil menghancrukan pijakan Ghazwani yang berakir di Labore.


 
BAB IV
MUNDURNYA DAULAH BANI ABBASIYAH

4.1  Penyebab Mundurnya Daulah Bani Abbasiyah
Daulah Abbasiyah berdiri diatas ashabiyah yang agamnya satu, tetapi unsurnya beragam. Yaitu unsur Arab dan Mawali. Unsur-unsur ini punya kepentingan-kepentingan yang berbeda.1
Pada masa Makalun dan Mu’fashim pengaruh unsur Arab dan Mawali  mulai menurun. Keduanya lebih percaya kepada prajurit-prajurit Turki yang berasal dari budak-budak. Karena keduanya menduga bahwa mereka tidak berambisi mengambil alih kekuasaan. Tetapi dugaan mereka salah. Tidak lama kemudian, panglima-panglima Turki dapat memegang tampuk kekuasaan. Para khalifah hanya bagaikan boneka mainan ditangan mereka. Situasi politik seperti ini menyebabkan gubernur-gubernur di daerah-daerah melepaskan diri dari pemerintahan pusat, karena merasa mereka juga punya kekuatan. Akhirnya pada pertengahan abad ke 3 H banyak dinasti-dinasti kecil berdiri. Pemerintah pusat di Baghdad tidak mampu menundukkannya, karena tentara-tentara Turki sudah merasa puas dengan menguasai pusat  pemerintahan, dan para khalifah terpaksa menerima kondisi ini.
Dari tahun 334 sampai 447 H PEMERINTAHAN PUSAT Daulah Abbasiyah dikuasai oleh Dinasti Buwaihi yang bermadzhab Syiah. Para khalifah juga tidak berkuasa sama sekali. Para panglima perang Buwaihi
tidak mengakui kepemimpinan para khalifah. Tetapi jabatan khalifah tetap mereka pertahankan, karena dua faktor yaitu :
1.   Untuk menarik simpati masyarakat kota Baghdad.
2.   Posisi para khalifah Abbasiyah sangat lemah. Mereka dapat dengan mudah mengangkat dan menurunkan khalifah yang mereka kehendaki.
Dari tahun 447 sampai 530 H peerintahan pusat Abbasiyah dikuasai oleh Bani Saljuq yang bermadzhab Sunni. Dari tahun 530 sampai 656 H. Para khalifah Abbasiyah berusaha mendapatkan kembali pengaruh dan kekuasaan politik mereka yang hilang selama 300 tahun lebih. Dan tahun 656 H Daulah Abbasiyah dihancurkan oleh Holago.
Dari uraian panjang diatas, Muhammad Khudari berkesimpulan bahwa salah satu sebab kemunduran dan kehancuran Daulah Abbasiyah ialah melemahnya Ashabiyah negara.2
Selain dari faktor melemahnya Ashabiyah negara masih terdapat beberapa faktor penyebab runtuhnya Daulah Bani Abbasiyah yaitu internal dan eksternal.
Faktor-faktor internal :
1.     Persaingan antar ras.
2.     Angkara murka terhadap Bani Umayyah dan kaum Alawiyin.
3.     Kelemahan dibidang mekanisme pemerintahan.
4.     Kemerosotan ekonomi.
5.     Khalifah amat terpengaruh oleh Bid’ah-bid’ah agama.
6.     Mengangkat dua orang putra mahkota.
7.     Ingkar janji.
Faktor eksternal :
1.     Serbuan brutal tentara Mongol.
2.     Terjadinya pembantaian Bangsa Mongol terhadap umat Islam.
Dari faktor-faktor penyebab keruntuhan Daulah Bani Abbasiyah diatas menunjukkan bahwa dibalik kejayaannya sebuah Dinasti Islam setelah Dinasti Ummayah, yang berdiri selama lima abad lamanya, tak menutup kemungkinan akhirnya mengalami keruntuhan.
Dalam masa lima abad lamanya, yakni sejak dari As-Safah memerintah pada tanggal 13 Rabi’ul Awal 132 H (30 Oktober 749 M) sampai hari mangkatnya Al Mu’tashim tanggal 20 Muharram 656 H (27 Januari 1258 M) telah ada 37 orang khalifah Bani Abba yang menduduki singgasana khilafah Abbasiyah.



1)          SKI untuk Madrasah Aliyah Kelas 2. Depag, hal 58.
2)          Ashabiyah artinya perasaan solidaritas  karena pertalian darah, kebangsaan atau persamaan tanah air.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  KESIMPULAN
Pada periode pertama, sebenarnya banyak tantangan dan gangguan yang dihadapi dinasti Abbasiyah.  Beberapa gerakan politik yang merongrong pemerintah dan mengganggu stabilitas muncul dimana-mana, baik gerakan dari kalangan intern bani Abbas sendiri maupun dari luar. Namun, semuanya dapat diatasi dengan baik.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya. Kecenderungan bermewah-mewah ditambah dengan kelemahan khalifah dan faktor lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi demikian memberi peluang tentara profesional asal Turki yang diangkat pada masa Al Mu’tasim untuk mengambil alih pemerintahan. Usaha mereka berhasil dan secara tak langsung pemerintahan sebenarnya dikendalikan oleh para tentara profesional dan khalifah Bani Abbas hanyalah sebagai simbol belaka, dan ini merupakan awal dari keruntuhan dinasti ini yang menyebabkan disintegrasi.*
Ada beberapa kemungkinan, bisa jadi para khalifah Abbasiyah hanya mementingkan pembinaan peradaban pada politik dan ekspansi, dan kemungkinan yang lain karena para khalifah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi – propinsi tertentu dengan pembayaran upeti. Alasannya karena para khalifah Abbas tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk sepebuhnya.
Akibat dari kebijakan yang demikian, maka propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai melepaskan diri dari kekuasaan Bani Abbas, ini terjadi dari salah satu dari dua cara : pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemenangan dan kemerdekaan penuh, kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi Gubernur oleh khalifah, karena kedudukannya semakin kuat, maka ia melepaskan diri dan mendirikan dinasti baru seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia.

5.2  SARAN
Dari karya tulis yang berhasil penulis susun ini, kemungkinan masih terselip beberapa kekurangan, baik dalam penulisan, sistematika pembahasan, ataupun yang lainnya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis memohon sudi kiranya pembaca yang budiman bersedia memberikan kritik dan sarannya kepada penulis.


                                                                 Purwoasri,                     2013
                                                                 Penulis



*Keadaan tidak bersatu padu/terpecah belah





SUMBER :

MADRASAH ALIYAH AL-HIKMAH 
PURWOASRI-KEDIRI 
2013-2014